Selasa, 30 Oktober 2012

LP tumor colli dextra


A.    Definisi
Karsinoma tiroid merupakan neoplasma yang berasal dari kelenjar yang terletak di depan leher yang secara normal memproduksi hormone tiroid yang penting untuk metabolisme tubuh. Karsinoma umumnya tergolong pada slow growing tumor dengan pertumbuhan dan perjalanan penyakit yang lambat serta morbiditas dan mortalitas yang rendah. Namun sebagian kecil adapula yang tumbuh cepat dan sangat ganas dengan prognosis yang fatal. Infiltrasi karsinoma tiroid dapat ditemukan di trachea, laring, faring, esophagus, nervus recurrent, pembuluh darah karotis, vena jugularis, struktur lain pada leher dan kulit. Metastase limfogen dapat meliputi semua region leher sedangkan metastase hematogen biasanya di paru, tulang, otak dan hati.
B.     Etiologi
yang menyebabkan karsinoma tiroid adalah sebagai berikut:
-          Usia
terdapat resiko malignasi apabila didapat nodul tiroid pada usia <>45 tahun.
-          Sex
wanita mempunyai resiko tiga kali lebih besar dari pada pria.
Riwayat penyakit serupa dalam keluarga; adanya keterlibatan genetic pada karsinoma ini.
-          Ras
 ras asia dan kulit putih pada umumnya mempunyai resiko tinggi. Pernah menderita penyakit pembesaran kelenjar tiroid. Terdapat 5% struma nodosa mengalami degenrasi maligna.
Geografis tempat tinggal. Yang berasal dari daerah kaya iodium umumnya menderita karsinoma tiroid papilare sedangkan yang berasal dari daerah endemik goiter umumnya menderita karsinom tiroid folikulare.
Radiasi pada leher dan kepala. Pengaruh radiasi pada kanak-kanak dapat menyebabkan malignansi tiroid 30-50% dan pada dewasa 20%.
C.     Klasifikasi
1.      Klasifikasi menurut who
A.    Tumor epitel maligna
- karsinoma folikulare
- karsinoma papilare
- campuran antara folikulare dan papilare
-  karsinoma sel squamosa
-  karsinoma medulare
B. Tumor non epitel maligna: fibrosarkoma 
D. Patofisiologi
Karsinoma tiroid merupakan neoplasma yang berasal dari kelenjar yang terletak di depan leher yang secara normal memproduksi hormone tiroid yang penting untuk metabolisme tubuh. Infiltrasi karsinoma tiroid dapat ditemukan di trachea, laring, faring, esophagus, pembuluh darah karotis, vena jugularis, struktur lain pada leher dan kulit. Metastase limfogen dapat meliputi semua region leher sedangkan metastase hematogen biasanya di paru, tulang, otak dan hati. Kanker ini berdiferensiasi mempertahankan kemampuan untuk menimbun yodium pembesaran kelenjar getah bening. Lokasi kelenjar getah bening yang bisa membesar dan bisa teraba pada perabaan yakni di ketiak, lipat paha. Ada juga kelenjar getah bening yang terdapat di dalam tubuh yang mana tidak dapat diraba yakni didalam rongga perut. Penyebab dari pembesaran kelenjar getah bening adalah infeksi non spesifik, infeksi spesifik (TBC), keganasan (lymphoma).
Hormon stimulator tiroid (thyroid stimulating hormone, TSH) memegang peranan terpenting untuk mengatur sekresi dari kelenjar tiroid. TSH dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Proses yang dikenal sebagai negative feedback sangat penting dalam proses pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi.
D.    Manifestasi Klinis
Kecurigaan klinis adanya karsinoma tiroid didasarkan pada observasi yang dikonfirmasikan dengan pemeriksaan patologis dan dibagi dalam kecurigaan tinggi, sedang dan rendah. Yang termasuk kecurigaan tinggi adalah:
- riwayat neoplasma endokrin multipel dalam keluarga.
- pertumbuhan tumor cepat.
- nodul teraba keras.
- fiksasi daerah sekitar.
- paralisis pita suara.
- pembesaran kelenjar limpa regional.
- adanya metastasis jauh.
Kecurigaan sedang adalah:
- usia <> 60 tahun.
- riwayat radiasi leher.
- jenis kelamin pria dengan nodul soliter.
- tidak jelas adanya fiksasi daerah sekitar.
- diameter lebih besar dari 4 cm dan kistik.
Kecurigaan rendah adalah: tanda atau gejala diluar/selain yang disebutkan diatas.
Gejala klinis yang dijumpai dapat berupa penekanan organ sekitar, gangguan dan rasa sakit waktu menelan, sulit benafas, suara serak, limfadenopati leher serta dapat terjadi metastasi jauh. Paling sering ke paru-paru, tulang dan hati.

E. Diagnosa medik
1. Pemeriksaan fisik
A. Inspeksi
·         adanya benjolan di leher depan atau lateral
·         bila terlihat sesak, waspada adanya penekanan pada trakea
B. Palpasi
·         benjolan kita palpasi, kalau dari tiroid maka pada waktu menelan akan ikut ke atas.
·         pada tumor primer dapat berupa suatu nodul soliter atau multipel dengan konsistensi bervariasi dari kistik sampai dengan keras bergantung dari jenis patologi anatominya tetapi biasanya massa yang merupakan suatu karsinoma berukuran >4 cm dengan konsistensi keras dan tidak bisa digerakkan dari dasarnya.
·         bila kelenjar besar sekali tetapi belum terlihat gejala sesak napas, kita bisa tetap curiga ada tidaknya penekanan pada trakhea, caranya dengan menekan lobus lateral kelenjar maka akan timbul stridor akibat penekanan pada trakea.
·          perlu diketahui juga ada tidaknya pembesaran kgb regional secara lengkap.
·         dicari juga ada tidaknya benjolan pada tulang belakang, clavicula, sternum serta tempat metastase jauh lainnya di paru, hati, ginjal dan otak.
E.     Pemeriksaan penunjang
A.    Laboratorium
1.       pemeriksaan kadar ft4 dan tshs untuk menilai fungsi tiroid.
2.      untuk pasien yang dicurgai karsinoma medulare harus diperiksa kadar kalsitonin dan vma.
B.     Radiology
1.      foto polos leher ap dan lateral dengan metode soft tissue technique dengan posisi leher hiperekstensi , bila tumornya besar. Untuk melihat ada tidaknya kalsifikasi.
2.      dilakukan pemeriksaan foto thorax pa untuk menilai ada tidaknya metastase dan pendesakkan trakea.
3.      esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat tanda-tanda adanya infiltrasi ke esophagus.
4.      pembuatan foto tulang belakang bila dicurigai adanya tanda-tanda metastase ke tulang belakang yang bersangkutan. Ct scan atau mri untuk mengevaluasi staging dari karsinoma tersebut dan bisa untuk menilai sampai di mana metastase terjadi.
C.     Ultrasonografi
Untuk mendeteksi nodul yang kecil atau yang berada di posterior yang secara klinis belum dapat dipalpasi dan mendeteksi nodul yang multiple dan pembesaran kgb. Di samping itu dapat dipakai untuk membedakan yang padat dan kistik serta dapat dimanfaatkan untuk penuntun dalam tindakan fnab.


D.    Scanning tiroid
Dengan sifat jaringan tiroid dapat mang-up take i 131 maka pemeriksaan scanning ini dapat memberikan beberapa gambaran aktivitas, bentuk dan besar kelenjar tiroid. Kegunaan pemeriksaan ini, yaitu:
-          memperlihatkan nodul soliter pada tiroid.
-          memperlihatkan multiple nodul pada struma yang klinis kelihatan seperti nodul soliter.
-          memperlihatkan retrosternal struma
-          mencari occul neoplasma pada tiroid.
-          mengindentifikasi fungsi dari jaringan tiroid setelah operasi tiroid.
-          mengindentifikasi ektopik tiroid.
-          mencari daerah metastase setelah total tiroidektmi.
-          needle biopsy; dapat dilakukan dengan cara needle core biopsy atau fnab (biopsy jarum halus).
F.      Pemeriksaan potong beku; dengan cara ini diharapkan dapat membedakan jinak atau ganas waktu operasi berlangsung, dan sekaligus untuk menentukan tindakan operasi definitive.
G.    Pemeriksaan histopatologi dengan parafin coupe; pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan definitif atau gold standar.







Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Pertama-tama dilakukan pemeriksaan klinis untuk menentukan apakah nodul tersebut supek benigna atau maligna. Bila suspek maligna ditentukan pula apakah kasus tersebut operable atau inoperable. Bila operable, operasi yang dilakukan adalah lobektomi sisi yang patologik, atau lobektomi subtotal dengan resiko bila ganas ada kemungkinan sel- sel karsinoma yang tertinggal. Tindakan yang biasa dilakukan adalah tiroidektomi total.
Bila ada fasilitas pemeriksaan dengan sediaan beku dan ada persangkaan keganasan, pemeriksaan prefarat sediaan beku dilakukan dengan potongan- potongan kebeberapa arah. Bila hasilnya jinak, lobektomi saja sudah cukup memadai. Bila ganas, lobus kontralateral diangkat seluruhnya (tiroidektomi totalis). Dapat pula dilakukan near total tiroidektomi. Jika hasil pemeriksaan kelenjar getah bening dicurigai adanya metastasis, dilakukan diseksi radikal kelenjar getah bening pada sisi yang bersangkutan.
2. Radiasi
Bila tumor sudah inoperable atau pasien menolak operasi lagi untuk lobus kontralateral, maka dilakukan:
A) radiasi interna dengan i131. Hanya tumor- tumor berdifferensiasi baik yang mempunyai afinitas terhadap i131 terutama yang follicular. Radiasi interna dilakukan dengan syarat jaringan tiroid afinitasnya lebih besar harus dihilangkan dulu dengan jalan operasi atau ablasio dengan pemberian i131 dosis yang lebih tinggi sehingga jaringan tiroid normal rusak semua, baru sisa i131 bisa merusak jaringan tumor.
B) radiasi eksterna, memberikan hasil yang cukup baik untuk tumor- tumor inoperable atau anaplastik yang tidak berafinitas dengan i131. Sebaiknya dengan sinar elektron15- 20 mw dengan dosis 400 rad. Sumsum tulang harus dilindungi. Radiasi eksterna diberikan juga untuk terapi paliatif bagi tumor yang telah bermetastasis.
3. Khemoterapi
Pada kanker tiroid yang bermetastasis regional yang inoperable juga pada tumor yang bermetastasis jauh yang berdifferensiasi buruk.
4. Follow- up
Enam minggu setelah tindakan tiroidektomi total dilakukan pemeriksaan sidik terhadap sisa jaringan tiroid normal. Bila ada dilakukan ablasio dengan i131, kemudian dilanjutkan dengan terapi supresi dengan sampai kadar tshs <>
Pada follow karsinoma tiroid berdifferensiasi baik diperiksa kadar human tiroglobulin. Dan pada karsinoma tiroid medullare diperiksa kadar kalsitonin.
i. Komplikasi
Komplikasi yang seringkali muncul adalah pada tiroidektomi yang meliputi:
1. Perdarahan. Resiko ini minimum, namun hati- hati dalam mengamankan hemostatis dan penggunaan drain setelah operasi.
2. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan embolisme udara. Dengan tindakan anestesi mutakhir, ventilasi tekanan positif yang intermitten, dan teknik bedah yang cermat, bahaya ini dapat di minimalkan.
3. Trauma pada nervus laringeus rekurens. Ia menimbulkan paralisis sebagian atau total (jika bilateral) laring. Pengetahuan anatomi bedah yang kuat dan ke hati- hatian pada saat operasi harus diutamakan.

Senin, 29 Oktober 2012

LP bronchitis


BRONCHITIS
1.      Pengertian
Bronkitis akut adalah penyakit infeksi saluran nafas akut (inflamasi bronkus) yang biasanya terjadi pada bayi dan anak yang biasanya juga disertai dengan trakeitis (Ngastiyah; 1997; 36).
Bronkitis biasa juga disebut dengan laringotrakeobronkitis akut atau croup dan paling sering menyerang anak usia 3 tahun (Ngastiyah; 1997; 37).
2.      Etiologi  
Resiko utama untuk timbulnya bronchitis kronis adalah merokok. Komponen-komponen asap rokok merangsang perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronchus dan silia. Silia yang melapisi bronchus mengalami kelumpuhan dan disfungsional. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan sel-sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukusiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.
-   Infeksi : virus (influenza, morbili, virus pneumonta, variola)
     Bakteri dan parasit
-   Non infeksi : akibat aspirasi bahan fisik atau kimia
3.      Klasifikasi
a.       Bronchitis akut adalah suata peradangan dari bronchioli, bronchus, dan trakhea.
b.      Bronchitis kronis adalah suatu gangguan paru obstruktif yang ditandai oleh produksi mukus berlebihan disaluran nafas bawah selama paling kurang 3 bulan berturut-turut dalam setahun dan terjadi paling sedikit 2 tahun.

4.      Manifestasi Klinis
a.       Produksi mukus kental,
b.      batuk produktif dengan dahak  purulen,
c.        demam,
d.       suara sesak,
e.        conchi terutama waktu inspirasi,
f.       nyeri dada kadang timbul.


5.      Patofisiologi  
Virus masuk ke saluran pernapasan atas terutama pada bronkus. Selain virus ada penyebab bronkhitis yaitu alergi yang mengakibatkan aktifitas sel mast. Keduanya menyebabkan terjadinya inflamasi bronkus dan penebalan dinding bonkus, kemudian menyebabkan hipertropi kelenjar mukosa dan kelenjar sel goblet. Kemudian sel epitezxl mengalami metaplasi skuamosa dan inflasi kronik menyebabkan sekresi mukoid/kental meningkat sehingga menyebabkan obstruksi jalan napas dan suplai O2 menurun, terjadilah dispneu.
6.      Komplikasi 
a.      Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik
b.       Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia
c.       Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi
d.      Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis
e.       Gagal jantung kongestif
f.       Pneumonia 

7.      Penatalaksanaan dan Terapi
a.      Tindakan Perawatan
1.       Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan lender/secret.
2.      Sering mengubah posisi.
3.      Banyak minum.
4.      Inhalasi.
5.      Nebulizer 
Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perlu diberikan minum susu atau makanan lain.
Pasien dengan bronchitis tidak dirawat di Rumahsakit kecuali ada komplikasi yang menurut dokter perlu perawatan di Rumahsakit, oleh karenanya perawatan lebih ditujukan sebagai petunjuk kepada orang tua. Masalah yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang lama dan resiko terjadi komplikasi.

b.      Tindakan Medis
1.      Jangan beri obat antihistamin berlebih
2.      Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial
3.      Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari
4.      Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedative
Karena penyebab bronchitis pada umumnya virus maka belum ada obat kausal. Antibiotik tidak berguna. Obat yang diberikan biasanya untuk penurun demam, banyak minum terutama sari buah-buahan. Obat penekan batuk tidak diberikan pada batuk yang banyak lendir, lebih baik diberi banyak minum. Bila batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan setelah 2 minggu maka perlu dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotic boleh diberikan, asal sudah disingkirkan adanya asma atau pertusis. Pemberian antibiotic yang serasi untuk M. Pneumoniae dan H. Influenzae sebagai bakteri penyerang sekunder misalnya amoksisilin, kotrimoksazol dan golongan makrolid. Antibiotik diberikan 7-10 hari dan jika tidak berhasil maka perlu dilakukan foto thorak untuk menyingkirkan kemungkinan kolaps paru segmental dan lobaris, benda sing dalam saluran napas, dan tuberkolusis. 

8.      Pemeriksaan Diagnostik  
1.      Tes fungsi paru-paru 
2.      Gas darah arteri
Fungsinya untuk mendeteksi komplikasi infeksi dan pembiakan riak dan dahak untuk menemukan bakteri penyebabnya.
3.      Rontgen dada
Fungsinya untuk menyingkirkan kemungkinan kolaps paru segmental dan lobber, benda asing dalam saluran napas dan tuberculosis.